
Salah satu ciri khas individu neurodivergen dibandingkan dengan individu neurotipikal adalah Disfungsi Regulasi Dopamin: sebuah kondisi biologis berupa ketidakseimbangan dalam proses produksi, penggunaan, dan penyerapan kembali (reuptake) dopamin di otak.
Kondisi ini sering kali termanifestasi dalam kesulitan individu neurodivergen pada tugas-tugas yang bergantung pada dopamin, seperti memotivasi diri, mempertahankan perhatian (sustained attention), mengendalikan impulsivitas, dan fungsi eksekutif otak–yang mencakup manajemen diri, regulasi pikiran dan tindakan, serta regulasi emosi. Akibatnya, banyak individu neurodivergen dipersepsikan sebagai moody (mudah berubah suasana hati) dan pemalas oleh individu neurotipikal.
Bagi mereka yang terlambat terdiagnosis, hal ini seringkali menyebabkan tumbuhnya perasaan bersalah dan keraguan diri yang mendalam. Ini merupakan dampak dari tekanan berulang kali dari lingkungan yang menyatakan bahwa mereka pemalas, tidak cukup berusaha, kurang tekun, dan berbagai ‘kekurangan’ lainnya — khususnya jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang neurotipikal.
Mengingat berbagai permasalahan yang dialami individu neurodivergen ini berakar pada kondisi biologis, pendekatan penanganannya pun memerlukan upaya-upaya proaktif untuk mengelola siklus dopamin — tidak cukup hanya mengandalkan motivasi, apalagi sekadar memberi label yang keliru dan mengalienasi.
Lalu, upaya seperti apa yang dimaksud?
Penelitian JAMA Psychiatry (2023) menyatakan bahwa terapi multimodal (obat + perilaku + gaya hidup) memberi hasil optimal.
Mekanisme Kunci yang Dimanfaatkan:
1. Meningkatkan Sintesis Dopamin (Diet tirosin, olahraga).
2. Memperpanjang Durasi Kerja Dopamin (Obat penghambat reuptake).
3. Menciptakan Dopamine Peaks Buatan (Pemecahan tugas, gamification).
4. Mengurangi Dopamine Depletion (Manajemen energi, tidur berkualitas).
Di samping tantangan yang dihadapi, individu neurodivergen sebenarnya memiliki sejumlah keunggulan bawaan yang unik: kemampuan hiperfokus pada tugas yang dirasakan menarik, kecenderungan kreativitas, kemampuan alami untuk berpikir ‘di luar kotak’ (outside-the-box thinking), kepekaan dalam mengenali pola (pattern recognition) dan menghubungkan berbagai hal — bahkan yang tampak tidak terkait — serta antusiasme tinggi terhadap ide-ide baru dan inovatif.
Salah satu figur historis yang sering diduga sebagai contoh klasik individu neurodivergen adalah Leonardo da Vinci. Meskipun tidak ada diagnosis klinis yang dapat diverifikasi semasa hidup sang maestro seni dan sains tersebut, banyak catatan mengenai tanda-tanda yang ditampilkannya sangat konsisten dengan pemahaman modern tentang neurodivergensi.
Regulasi dopamin yang efektif bagi neurodivergen adalah fondasi untuk mewujudkan potensi unik mereka. Empat pilar mekanisme kunci: sintesis, durasi, puncak buatan, dan pengurangan deplesi, bukanlah daftar perbaikan, melainkan peta navigasi. Menerapkannya memerlukan kolaborasi: klinisi meresepkan intervensi berbasis bukti, komunitas menyediakan akomodasi bebas stigma, dan individu mengeksplorasi strategi yang selaras dengan neurologinya. Seperti hiperfokus Da Vinci yang mengubah sejarah, mengelola siklus dopamin adalah kunci membuka pola pikir divergen yang mampu merevolusi cara kita memecahkan masalah kompleks.
(byms)